“ Give me just one generation of youth, and I’ll transform the whole world” (Vladimir Lenin) Indonesia adalah tanah surga dengan segala keindahan dan kekayaan yang dimilikinya. Potensi kekayaan alamnya sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Seperti tambang emas dan batu bara, gas alam, hasil perkebunan dan masih banyak lagi. Tapi sayangnya masyarakat pribumi belum bisa menikmati kekayaan Indonesia itu sendiri, karena dominasi asing lebih kuat. Oleh karena itu, pemuda dengan segala potensi yang dimilikinya menjadi salah satu harapan Indonesia ke depan.
Akhir 2015 merupakan langkah awal penentuan Indonesia dalam persaingan global, terkhusus dalam bidang perekonomian. Tahun dimana mulai berlakunya Asean Economic Community (AEC). Melalui AEC atau MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) terjadi pemberlakuan perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara yang dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020. Di mana negara-negara tersebut akan mulai menghilangkan tarif dalam kegiatan ekspor impor barang, investasi, tenaga ahli dan jasa. Ini bagai dua sisi mata uang bagi Indonesia. Satu sisi ia menjadi kesempatan Indonesia untuk menunjukan kuantitas serta kualitas produk dan juga SDM. Namun pada sisi yang lain bisa menjadi bumerang jika tidak mampu memanfaatkan kesempatan dengan baik. Indonesia hanya akan menjadi pangsa pasar bagi produk-produk asing. Baik barang maupun jasa.
Kesempatan pembebasan tarif pada AEC hanyalah mencakup tenaga kerja terampil. Ironisnya tenaga kerja terampil yang dimiliki Indonesia masih sangat sedikit. Indonesia tergolong lamban dalam merespon AEC dibandingkan negara-negara ASEAN yang lain, seperti Thailand yang telah mepelajari bahasa Indonesia sejak 8 tahun yang lalu.
Akan tetapi, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Inilah yang harus ditanamkan kepada diri pemuda saat ini. Pemuda Indonesia harus bangkit, karena merekalah tulang punggung Indonesia di masa mendatang. Para pemuda harus membuka mindset untuk menjadi produsen bukan sekedar konsumen. Pemuda dituntut lebih kreatif dalam usaha agar dapat bersaing di pasar ASEAN. Pun pemuda juga harus meningkatkan kapabilitasnya dalam bidang keilmuan masing-masing. Pengalaman dan kualitas diri juga sangat diperlukan. Dan yang tak kalah penting adalah penguasaan bahasa internasional untuk memudahkan komunikasi.
Indonesia, pemuda dan AEC adalah satu kesatuan yang saling berkaitan. Indonesia membutuhkan pemuda-pemuda tangguh yang siap menghadapi AEC yang telah diberlakukan sejak akhir 2015 kemarin. Pertanyaannya adalah, “Seberapa siap dirimu menghadapi AEC?”.
Oleh : Tazkiya (staf kastrat KAMMI komisariat LIPIA)
EmoticonEmoticon