Aku berangan-angan dan terus berangan-angan. Aku ingin menikah. Akhirnya
jadi kenyataan. Aku betul-betul menikah. Namun, rumahku dihantui rasa sepi.
Aku berangan-angan lagi. Aku ingin punya anak. Akhirnya jadi
kenyataan. Allah menganugerahiku beberapa orang anak. Tetapi, anak-anakku sudah
mulai dewasa.
Aku berangan-angan lagi. Aku ingin punya usaha lebih baik
dan berpenghasilan lebih besar supaya aku punya kekayaan untuk membeli rumah
baru. Akhirnya, hal itu menjadi kenyataan. Aku mempunyai rumah meski harus
melalui berbagai kekusahan. Tetapi, tidak lama kemudian aku merasa bosan dengan
dinding-dinding rumahku.
Aku berangan-angan lagi. Aku ingin menikahkan
mereka. Akhirnya jadi kenyataan, mereka menikah semua. Tapi, aku sudah bosan
kerja terus, beban-bebannya membuatku letih.
Aku berangan-angan lagi. Aku ingin pensiun supaya bisa
santai, akhirnya jadi kenyataan, aku mulai pensiun. Aku sendiri lagi persis
seperti awal selesai kuliah dulu. Sayangnya, ketika selesai kuliah dulu, aku
dalam keadaan menghadap kepada kehidupan. namaun sekarang, aku sudah harus
bersiap-siap meningggalkan kehidupan.
Akan tetapi, aku masih punya angan-angan. Aku berangan-angan
lagi, mau mengahafal Al Qur’an, tapi ingatanku sudah melemah.
Aku berangan-angan lagi, mau melakukan puasa sunnah,
tetapi kesehatanku tidak mengizinkan.
Aku berangan-angan lagi. Mau melakukan shalat tahajud,
tetapi kakiku tidak kuat lagi berdiri lama mengangkat tubuhku yang sudah
melemah.
Karenanya gunakanlah masa mudamu, sebelum datang masa
tuamu. Jangan sampai engakau disibukkan dengan rezeki sehingga lupa memikirkan
akhiratmu. Perlu disadari bahwa Allah telah menjamin rezekimu, maka tidak perlu
cemas. Sebaliknya, Allah tidak pernah menjaminmu masuk surga, maka jangan
sampai malas.
Diterjemahkan dari tulisan Ustadz Muhammad Ali Nawarij
EmoticonEmoticon