Lelah Lillah


Teman-teman, terkadang kita merasa sangat lelah dengan keaadan hidup yanig harus kita jalani. Berbagai macam ujian, rintangan, dan tantangan harus kita hadapi. Mau tidak mau, siap tidak siap. Karena menjadi suatu keniscyaan untuk kita manusia yang masih hidup di bumi ini. Kalau saja kita tidak ingin berlelah-lelah maka sama saja kita seperti mayat, yang hanya terbaring kaku tak bergerak. 

Ada 8 kelelahan yang disukai Allah SWT dan RasulNya :

1.Lelah dalam berjihad di jalan-Nya (QS. 9:111)

2.Lelah dalam berda'wah/mengajak kepada kebaikan (QS.41:33)

3.Lelah dalam beribadah dan beramal sholeh (QS.29:69)

4.Lelah mengandung, melahirkan, menyusui. merawat dan mendidik putra/putri amanah Illahi (QS. 31:14)

5.Lelah dalam mencari nafkah halal (QS. 62:10)

6.Lelah mengurus keluarga (QS. 66:6)

7.Lelah dalam belajar/menuntut ilmu (QS. 3:79)

8.Lelah dalam kesusahan, kekurangan dan sakit (QS.2:155)

Lelah itu nikmat. Bagaimana mungkin? Logikanya bagaimana?

Jika kalian seorang ayah, yang seharian bekerja keras mencari nafkah sehingga pulang ke rumah dalam kelelahan yang sangat. Itu adalah nikmat Allah swt yang luar biasa, karena banyak orang yang saat ini menganggur dan bingung mencari kerja.

Jika kalian seorang istri yang selalu kelelahan dengan tugas rumah tangga dan tugas melayani suami yang tidak pernah habis. Sungguh itu nikmat luar biasa, karena betapa banyak wanita sedang menanti-nanti untuk menjadi seorang istri, tapi taqdir jodoh belun ada. Jika kita orang tua yang sangat lelah tiap hari, karena merawat dan mendidik anak-anak, sungguh itu nikmat yang luar biasa. Karena betapa banyak pasangan yang sedang menanti hadirnya buah hati, sementara Allah swt belum berkenan memberi amanah.

Sungguh penghargaan yang luar biasa kepada siapa pun yang lelah bekerja karena-Nya semata. Bahkan secara khusus Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepada siapa pun yang kelelahan dalam mencari rejeki. “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan mencari rejeki pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni dosanya oleh Allah swt.”

Subhanallah, tidak ada yang sia-sia bagi seorang muslim, kecuali di dalamnya selalu ada keutamaan. Kelelahan dalam bekerja bisa mengantarkan meraih kebahagiaan dunia berupa harta, di sisi lain dia mendapatkan keutamaan akhirat dengan terhapusnya dosa-dosa. Syaratnya bekerja dan lelah lillah. Bukankah ini bukti yang tdk bisa dipungkiri lagi, bahwa kelelahan ternyata nikmat yang luar biasa?

Kelelahan dalam belajar mencari ilmu bisa mengantarkan kita pada kebahgiaan berupa pengetahuan yang membedakan kita sebagai makhluk yg mulia di sisiNya

Berbahagialah manusia yang selama ini merasakan kelelahan, suatu saat akan mendapatkan manisnya hasil dari berlelah lelah, tentunya dalam kebaikan begitu juga sebaliknya. Berhati-hatilah yang tidak mau berlelah-lelah. Segala sesuatu ada hitungannya di sisi Allah swt. Kebaikan yang besar mendapat keutamaan, kebaikan kecil juga akan mendapat keutamaan. Rasulullah saw bersabda: “Pahalamu sesuai dengan kadar lelahmu.”

Semoga kelelahan dan kepayahan yang kita rasakan ini, menjadi bagian yang Allah dan RasulNya ridhai. Aamiin yaa Rabb. 

Nikmatilah proses melelahkan diri, dan berbahagialah dengan kelelahan-kelelahan itu.

Oleh : Muhammad Iqbal (Staff Kaderisasi KAMMI LIPIA)

Kunci-Kunci Istiqomah


Kehidupan di dunia hanyalah sementara. Kematian adalah awal dari hidup yang sebenar-benarnya. Hanya ada dua pilihan bagi setiap manusia. Menjadi bagian dari orang-orang yang Allah ridhoi dan ditempatkan di surga-Nya atau sebaliknya terjerumus ke dalam panasnya api neraka. 

Menggapai ridho Allah bukanlah hal yang mudah, murah dibeli ataupun bisa diwariskan dari para leluhur. Satu-satunya jalan agar bisa mendapatkan ridho-Nya adalah dengan menghadirkan keimanan dan ketaqwaan yang sempurna. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ini adalah bentuk ibadah seorang hamba bagi Robbnya. Ibadah ini tak akan bermakna besar apabila tanpa dibarengi dengan adanya istiqomah dalam melaksanakannya. Nyatanya tiada seorang-pun di dunia ini yang tau kapan ajal akan menjemputnya. Dari sini manusia dituntut agar selalu siap kapanpun ia diambil nyawanya. Tak ada yang tau apakah nantinya ia akan mati dalam keadaan baik sehingga ia menggapai derajat husnul khotimah, atau bahkan sebaliknya ia mati dalam keadaan bermaksiat kepada Allah sehingga ia menjadi manusia yang sangat merugi, karena pada akhir hayatnya ia melupakan Allah, sehingga Allah pun melupakannya nanti di akhirat kelak. Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran:102)

Ada dua kunci dalam meraih keistiqomahan. Pertama, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Asy Syafi’I, “Siapa yang selalu menemukan dalam dirinya ada kelemahan dan kekurangan, maka dia akan meraih keistiqomahan, maka temukan selalu di dalam dirimu ada kelemahan atau kekurangan maka engkau akan istiqomah.” Dari perkataan ini beliau menjelaskan bahwa orang yang istiqomah adalah justru orang yang merasa kurang. Namun bukan kurang akan uang ataupun harta lainnya, melainkan kurang akan ibadah kepada Allah untuk meraih ridho Allah. Sehingga berdasar dari ini ia menjadikannya sebagai motivasi dan dorongan untuk selalu terus beribadah dan beramal soleh sampai ia mendapatkan ridho-Nya. 

Kedua, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Amal yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah yang paling terus-menerus meskipun sedikit.” Dalam sabda Rasul ini beliau menjelaskan bahwa amal soleh yang dilakukan secara terus-menerus meskipun dengan kuantitas yang tidak banyak adalah yang lebih dicintai Allah dibandingkan dengan amal yang tidak dilakukan secara rutin. Demikian karena dengan melakukan amal yang bersifat kontinyu ini maka Allah pun juga men-tarbiyah ataupun mendidik hamba-Nya menjadi hamba yang mukhlasin, yaitu hamba yang dikuatkan oleh Allah untuk menjadi seorang yang ikhlas. Demikian pula dengan amal yang sedikit namun terus-menerus ini menjadikan hamba-Nya dengan izin-Nya wafat dalam keadaan melaksanakan amalan tersebut.

Setelah amal-amal yang fardhu terjaga hendaknya seorang hamba memiliki satu amalan rutin yang ia jaga terus-menerus dan bahkan amalan tersebut ia rahasiakan sehingga tidak ada yang tau kecuali ia dan Allah SWT. Dan pada hakikatnya tidak ada orang yang istiqomah selama ia hidup, karena gelar istiqomah hanyalah didapat bagi orang yang sudah mati dan semasa hidupnya ia menjaga amal-amal solehnya kemudian ia mati dalam keadaan mempertahankan iman dan taqwanya. 

Oleh : Muhammad Umair (Staff  Kaderisasi KAMMI LIPIA)

Empat Kekuatan Pengubah Dunia: di Persimpangan Jalan




Dalam salah satu kesempatan di hadapan pemirsa tv sekitar dua tahun lalu, Ridwan Kamil, Wali Kota-sejuta umat-Bandung pernah menyampaikan, ada empat paradigma perubahan yang mampu merubah dunia ini; satu, pemerintah dengan political powernya, dua, pebisnis dengan kapital powernya, tiga, civil society dengan sosial powernya, empat, media dengan information power.

Entah dari mana ia dapatkan gagasan tersebut, tapi benar adanya apa yang ia sampaikan, bahwa selama ini keempat elemen tersebutlah yang berputar di tiap negeri untuk merubahnya dari suatu kondisi kepada kondisi yang lain. Kondisi jamak masyarakat, sistem pemerintahannya, kecenderungan opini mereka, dan trend budaya yang berkembang, semuanya mampu berubah hanya karena satu dari empat hal di atas. 

Karena political power, kita merasakannya secara dekat, pada masa orde lama di bawah kemimpinan Soekrano, dimana ia memusatkan seluruh sistem keputusan dan pemikiran pada kemimpinannya atau yang lumrah orang tua kita sebut dengan Demokrasi Terpimpin pada 1956. Begitu pula terulang pada masa Soeharto di orde baru ketika ia menerapkan azas tunggal pancasila. Kedua perubahan tersebut terjadi dan memberikan implifikasi yang luar biasa pada rakyat Indonesia pada masing-masing masanya, anda bisa membaca sendiri sejarahnya.

Pada yang jauh terjadinya, Turki bisa menjadi contoh. Di saat keruntuhan ke-khilafahan Turki Ottoman, Kemal Attaturk merubah secara total sistem pemerintahan Turki yang tadinya berbentuk kekhilafahan menjadi Republik pada tahun 1923, dan karena ‘jasanya’ itu, ia dijuluki Bapak Nasionalis Turki (red. Sekuler). Perubahan ini juga memberikan pengaruh luar biasa besar ke jantung hati umat islam, lagi-lagi, anda bisa membaca sendiri sejarahnya.

Capital power juga memberikan perubahan besar pada banyak contoh negara, seperti Hindia Belanda yang dikendalikan oleh VOC pada pertengahan abad 17, yang ternyata juga menjadi modus gerakan politik imperialisme dan penjajahan atas rakyat. Dan artinya tidak memberikan pengaruh kecuali pembatasan kebebasan jiwa!. 

Seperti pula halnya Amerika Serikat yang menjadi adigdaya setelah kemenangannya di perang dunia II menggeliat dengan kekuatan ekonomi kapital liberalnya mengalahkan pesaing terdekatnya yang menganut sistem kekuatan ekonomi komunis, Soviet di perang dingin yang berlangsung lama. Trend budaya pada kedua negara nampak sekali terpengaruhi karena hal ini, dimana mereka beradu kuat tidak pada industri teknologi nuklir, tetapi juga industri perfilman. 

Sejarah juga memberi bukti untuk perubahan yang tersebab oleh civil society atau sosial power, pada Revolusi Perancis di akhir abad 18 masehi, dimana dalam kurun waktu satu dekade (1789-1799) terjadi suatu periode sosial radikal dan pergolakan politik di Perancis yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Perancis, dan lebih luas lagi, terhadap Eropa secara keseluruhan. Monarki absolut yang telah memerintah Perancis selama berabad-abad runtuh dalam waktu tiga tahun. Rakyat Perancis mengalami transformasi sosial politik yang epik; feodalisme, aristokrasi, dan monarki mutlak diruntuhkan oleh kelompok politik radikal sayap kiri, oleh massa di jalan-jalan, dan oleh masyarakat petani di perdesaan. 

Reformasi 1998 di Indonesia juga menjadi bukti konkrit akan pengaruh perubahan yang disebabkan kekuatan massa. Buruh, mahasiswa, rakyat semuanya turun ke jalan, puluhan bahkan ratusan ribu rakyat menduduki gedung MPR RI. Merontokkan 32 tahun kediktatoran Soeharto di orde baru di ujung tanduk kebobrokan ekonomi dan politiknya. Dan kemudian menjadi awal mula masyarakat Indonesia menghirup nafas dengan bebas di alam reformasi, tidak ada yang dilarang.

Adapun media dengan information powernya, agaknya belum ada perubahan super yang berdampak langsung karena kekuatan yang satu ini. Walaupun pengiringan opini massa banyak membutuhkan waktu yang singkat, tapi berjalan dengan sangat soft dan berhasil untuk pertama kalinya, mungkin lagi-lagi di Indonesia ini. Tidak percaya? Coba tengok presiden anda. 

Isu-isu penyudutan islam sebagai agama kriminal dan teroris juga merupakan produk murni dari kekuatan informasi global. Dan karenanya, sulit untuk tidak mengatakan bahwa kejujuran informasi hampir nihil untuk didapat, karena era keterbukaan lama-kelamaan malah menuntut banyak hal untuk ditutup-tutupi. Seperti kata kaidah fikih, “permasalahan ketika melebar menjadi sempit, dan ketika menyempit menjadi lebar”. 

Karenanya, adalah penting bagi pemuda untuk memahami empat paradigma perubahan di atas. Terlebih lagi pemuda yang beriman, agar mereka tidak mudah terpedaya. Dan mampu melakukan langkah strategis sebagai wujud gerakan perubahan. Kalaulah bukan karena iman, apalagi yang bisa menahan umat untuk tidak melakukan kudeta berdarah di penghujung tahun 2016 kemarin, di saat tujuh juta lebih manusia berkumpul di satu waktu dan satu tempat, menuntut keadilan ditegakkan. 

Tidak, tidak seperti itu agama ini mengajarkan para pemeluknya dalam beribadah di dunia. Coba simak tulisan Ibnul Qoyyim dalam Madarijus Salikin-nya; “Ibadah yang paling utama adalah yang sesuai dengan urgensi dan prioritasnya. Jika dalam negerinya sedang diserang kekuatan kafir, jihad adalah ibadah yang paling utama. Jika kemiskinan melanda, mengentaskannya adalah ibadah yang paling utama. Jika kebodohan merajalela, menuntut ilmu adalah ibadah yang paling utama. Jika kekacauan karena tidak ditegakkannya hukum islam, menegakkannya secara benar adalah ibadah paling utama.”

Sehingga menjadi seorang hamba Allah swt. yang benar pada zaman ini barangkali, adalah dengan menjadi seorang politikus, yakni para pelaku politik yang menerapkan langkah-langkahnya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, seperti kata Al Banna: “Wahai kaum kami ! sungguh ketika kami menyeru kalian ada al Quran di tangan kanan kami dan As Sunnah di tangan kiri kami serta jejak kaum salaf yang sholih dari putera puteri terbaik umat ini sebagai panutan kami. Jika orang yang menyeru kepada itu semua kalian namakan politikus, Alhamdulillah kami adalah politikus yang paling ulung.”


Oleh: Saihul Basyir (Kadep Kaderisasi KAMMI Lipia)