Zona Nyaman AB1
Pengkaderan dalam sebuah wajihah dakwah adalah hal yang niscaya. Begitu pula penjenjangan. Ibarat anak sekolah dasar yang memang di suguhi pelajaran seusianya. Namun suatu ketika ia pun harus naik ke jenjang berikutnya untuk menerima suguhan suguhan yang memang sudah layak ia terima.
Dan layak nya sekolah dasar pada umum nya, yang menentukan layak atau tidak nya seseorang naik jenjang adalah sang guru, atau sang pembina, atau sang pemimpin nya, bukan diri nya sendiri.
Terlalu takut dengan tantangan-tantangan yang menanti di jenjang berikutnya membuat beberapa orang melontarkan pendapat pribadinya bahwa ia belum layak menuju kenaikan jenjang tersebut.
Dakwah ini akan terus berjalan. Rintangan, ujian dan cobaan dari berbagai arah pun akan terus berdatangan. Ketika AB1 terlalu nyaman dalam posisi dan keadaan, ia akan semakin enggan untuk menaiki tangga penjenjangan berikutnya.
Ingat, ini bukan tangga untuk ajang kegengsian, atau ajang keeksisan. Ini tangga pendidikan, ini tangga pelatihan. Semakin naik tangga yang di pijak, semakin naik pula taraf ujian, dan semakin naik pula pengetahuan.
Rasulullah dan para sahabat nya telah mencontohkan. Dakwah secara sembunyi-sembunyi telah di lakukan hingga beberapa tahun. Namun apa kemudian rasul dan para sahabat merasa nyaman dan aman? Justru rasul dan para sahabat keluar dari zona nyaman. Semata-mata bukan mencari eksistensi, melainkan memang sudah saat nya memijakkan kaki di zona tak nyaman untuk memperjuangkan kejayaan islam.
Lalu jika AB1 terlalu nyaman dengan keadaannya yang sekarang, tidakkah kita melihat bahwa negri ini, tanah air ini, bangsa ini, telah sekian lama menanti pelopor serta pioner-pioner yang akan mengembalikan kesejahteraannya, dan membebaskan negri ini dari jajahan pemerintahan serta jajahan pemikiran. Tidakkah demikian?
Kalau bukan kita, lalu siapa lagi? Mereka?! Masih bisakah, masih layakkah kita bicara "mereka saja, mereka yang lebih pantas" disaat negri ini semakin krisis pioner-pioner nya yang militan islamnya, pioner-pionernya yang militan negarawan nya? Masih pantaskah bicara?!
Terkesan memaksa. Memaksa para AB1 untuk mengikuti proses penjenjangan yakni Dauroh Marhalah 2. Padahal sejati nya ini bukanlah sebuah paksaan. Hanya, komisariat ini bak sungai. Yang ia perlukan adalah air yang terus mengalir, hingga manfaat nya mampu terbias kepada sekitar. Bukan air yang diam menggenang, memberi banyak lumpur dan lumutan.
Jadikanlah DM2 sebagai ladang pelatihan diri, sebagai ajang pengembangan diri, dan sebagai washilah menjadikan diri lebih berpotensi mencerahkan negri, hingga bersama-sama, dengan langkah yang sama, kita gapai ridho illahi...
Karena air yang mengalir, lebih memiliki banyak kebermanfaatan. Sedang air yang berdiam tak mengalir, akan mengotori dzat nya sendiri bahkan menyakiti sekitar nya.
-Masjid Al Ikhlas 10, Februari 2015
Afifah N