Ayah,Kau Pahlawan Hidupku

Ayah,Kau Pahlawan Hidupku
 
Selalu,
Wajah ayah setenang semesta
Sedamai malam yang terjatuh perlahan di sudut senja
Selalu,
Senyum ayah seterang purnama
Semerdu air yang beriak di ujung telaga

                                                 Hanya saja,bila ayah tahu
                                                 Betapa zaman telah menghitamkan lenganmu
                                                 Betapa zaman telah menyiratkan lelah di matamu
                                                 Tapi,kau kunci semua kepenatanmu
                                                 Tak ingin bidadari-bidadarimu tahu akan hal itu
 

Sabtu pagi,tepat pada tanggal 10 November 2013
          Handphone ku berbunyi,menandakan satu pesan singkat telah diterima.Aku pun membacanya,dan ternyata dari ibu yang kira-kira isinya seperti ini “Assalamu’alaikum,lagi apa nih?Oh iya hari ini ayah ulang tahun loh”.Aku pun langsung teringat,bahwa ulang tahun ayah tepat pada hari pahlawan.Dan tanpa pikir panjang,aku segera mengirimkan pesan singkat untuk ayah yang berisikan ucapan ulang tahun dan doa untuknya.Pada ujung pesan,ku selipkan sebuah pertanyaan “ulang tahun yang ke berapa yah?”.Beberapa menit setelah itu,datanglah balasan dari nya “Aamiin terima kasih sayang.Alhamdulillah umur ayah sekarang 59 tahun”.Entah kenapa detik itupun air mataku jatuh, mengalir dan menyusuri wajah yang mulai memerah.
      

59 tahun sudah kau melangkah disini
Tapi tak ada yang kuperbuat untukmu
Membahagiakanmu?
Sungguh aku bangga kepadamu ayah!
Apakah kau pun bangga kepadaku?

                                           Yaa Tuhan perkenanlah aku untuk dapat membuatnya bahagia
                                           Menjadi sebab senyuman dari bibirnya
                                           Menjadi pelipur lara untuknya
                                           Dan menjadi sebab agar ia dapat melihatMu kelak di Surga



*Dengan Cinta,untuk Ayah,dari Bidadari Kecilmu*

by : Kestari Akhwat

BERGERAK DAN TERUSLAH MELANGKAH


               
Hidup ini selalu berjalan, dan perputaran nya tak pernah henti. Mengiringi langkah kitakah, atau kita yang mengiringi pergerakan nya?
                Seperti hal nya dakwah, yang selalu terus berjalan. Dakwah yang sehat adalah dakwah yang berkembang, yang tidak mandeg di tengah jalan apalagi mundur. Dakwah tidak akan berjalan jika di usung sendirian, dakwah seharusnya di gerakkan oleh sekelompok orang yang teruji iman dan komitmen keislamannya.
                Setiap kita di ciptakan dengan berbagai kelebihan. Termasuk akal yang sehat dan fikiran yang jernih. Maka fikirkanlah, untuk apa dan siapa semua itu?
                Allah juga telah melimpahkan nikmat tubuh yang begitu sempurna, Dia berikan tangan, kaki, mata, telinga, lisan dan segala nikmat lain nya yang tidak akan bisa kita sebutkan satu persatu. Maka fikirkanlah kembali, apa yang bisa kita lakukan dengan tangan, kaki, mata, lisan dan nikmat lain nya sebagai bias kesyukuran kita? Ketahuilah bahwa setiap kita memiliki kekuatan, kecerdasan, dan kelebihan tanpa batas. Tidakkah kita malu, jika orang-orang di luar sana menanti uluran tangan kita namun kita justru merengkuh kedua tangan dalam dekapan? Sebakhil itukah kita?
                Kita memang pelajar, mahasiswa bahkan. Namun sadarlah, dakwah tidak hanya duduk diam memperhatikan apa yang dosen sampaikan. Dakwah juga butuh pengorbanan jiwa dan raga. Terkadang jua menuntut kita untuk terjun ke lapangan.
                Kita memiliki kedua kaki yang mampu berdiri tegap, bahkan berlari kencang. Kita punya mulut yang bisa melantangkan suara-suara kebenaran. Kita juga memiliki mata yang bisa melihat, betapa terpuruknya negri ini, melihat betapa merajalelanya kedzhaliman di negara ini. Kita juga memiliki HATI, yang tentu merasakan pahit dan getirnya perjuangan dakwah ini.
                Maka bergeraklah...
                Melangkahlah bersama kafilah-kafilah dakwah lainnya
                Lihat, dengar dan rasakanlah, mutiara yang muncul dari lapangan dakwah ini
Diam akan membuat mu merasakan kejenuhan...
Tidak bergerak akan menyebabkan fikiran mu di penuhi kegalauan...
Tidak berkegiatan akan membuat hati mu dalam kebimbangan dan keputus asaan...
Bergeraklah kembali di lapangan dakwah,
Engkau akan menemukan indahnya mutiara kesabaran dalam dakwah ini,
Semangat positif dalam diri harus senantiasa di suburkan, agar ia tidak mati atau terlantar, bahkan terkadang seperti tak bertuan.
Wallahua’lam.

*akhwat haroki~

“TIPUAN USTADZ”



Oleh : M.Syukron Muchtar
Ustadz adalah sebuah profesi, jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia ustadz berarti guru, sebuah profesi yang mulia, yang mengajarkan orang lain sebuah ilmu. Begitu mulianya pekerjaan ini sampai-sampai banyak orang yang menjulukinya pahlawan tanpa tanda jasa.
Meski memiliki arti arti yang sama, dalam pandangan banyak masyarakat Indonesia tidaklah sama antara guru dan ustadz. Seorang ustadz dipandang memiliki kemuliaan yang lebih dibandingkan seorang guru. Hal itu disebabkan karena ustadz diidentikkan dengan seorang juru dakwah atau seorang yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang urusan agama.

Bagi seorang juru dakwah atau seorang pelajar ilmu agama yang ikhlas pandangan seperti itu harus mampu disikapi dengan bijak dan penuh kerendah hatian, karena jika tidak maka hal itu mampu menjadi bagian dari sebab yang akan merusak ketulusan niat dalam berdakwah dan menuntut ilmu agama, sehingga akan memunculkan sikap sombong dan merasa diri lebih baik dari orang lain yang tidak memiliki aktifitas serupa.
Seorang juru dakwah dan penuntut ilmu agama yang sudah tertipu dengan sebutan ustadz akan merasa bahwa dirinya adalah orang yang sangat dibutuhkan dalam dakwah dan masyarakat,. Padahal tidaklah sedikitpun dakwah islamiyah dan masyarakat merasakan rugi ketika kehilangan seorang yang memiliki karakter tersebut.

Seorang yang sudah tertipu dengan sebutan ustadz akan senantiasa menunjukkan ketinggian ilmu dan keluasan wawasannya. Akan banyak keluar dari lisannya kata-kata yang indah jika berhadapan dengan orang lain yang pada hakikatnya  hal itu bersebrangan dengan karakternya jika berada dalam kesendirian. Demi menjaga reputasinya, ia tidak canggung menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepada dirinya meskipun tidak memiliki pengetahuan tentang itu. Ia akan tersinggung jika ada orang yang memanggil dirinya tanpa memberikan gelar ustadz padanya, sebaliknya jika dipanggil dengan sebutan ustadz dengan segera ia menyeru panggilan itu.

Seorang yang sudah tertipu dengan sebutan ustadz akan mengisi hari-harinya dengan kesombongan dan kangkuhan. Ia tidak sudi jika ada orang yang dianggapnya memiliki kualitas dibawahnya memberikan nasihat kepadanya. Jika ada orang yang menegurnya atas kesalahan yang dilakukannya, dengan segera ia mencari alasan dan berargumen demi membenarkan apa yang telah dilakukannya. Sebaliknya, jika ada orang yang melakukan kesalahan, bagaikan seorang yang tak berdosa ia menegurnya dengan cara yang mungkin akan menyebabkan patah hati dan kekecewaan orang yang mendengarnya.
Seorang yang sudah tertipu dengan sebutan ustadz akan merasa senang jika ada orang yang memujinya,  ia merasa orang tersebut telah jujur dalam berbicara. Sungguh tidakkah ia malu pada Abu Bakar Ash-Shiddiq yang ketika dipuji segera mengucapkan do’a :

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
Artinya :
[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka] ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah).


Wahai kader dakwah! wahai penuntut ilmu agama! Janganlah tertipu dengan gelar ustadz, rendahkanlah hati, dan luruskanlah orientasi. Muhammad bin Wasi’ seorang laki-laki sholih yang hidup sezaman dengan Imam Hasan Al-Bashri mengatakan : “Jika nama orang-orang sholih disebut, maka aku adalah orang yang terasing”
Tawadhu’lah! Ikhlaslah! Dan janganlah tertipu dengan gelar dan popularitas!

“Orang yang suka dengan popularitas adalah orang yang belum merasakan manisnya ketaatan kepada Allah Ta’ala” (DR.’Aidh Al-Qarni)