Buletin April 2017


Daftar Isi Buletin As Shohwah
Edisi September 2016

- Kata Pengantar
- KAMMI LIPIA Menyongsong Kejayaan Indonesia 2045
  (Kolom Utama)
- Sajak, Kapan Nyaman ?
  (Kader Menulis)
- Profil Kandidat Caketum KAMMI LIPIA 2017/2018
- Menuju Jama'atul Muslimin
  (Resensi Buku)
- KAMMI LIPIA Silaturahim ke Republika
  (Our Agenda)
- Dokumentasi Agenda

Silahkan download buletin KAMMI Komisariat LIPIA di link bawah ini : 

KAMMI LIPIA Berkunjung ke Republika


Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) Jakarta, mengadakan kunjungan dan silaturahim pengenalan media di Republika, Jumat (28/4) sore. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana sebuah media Islam bisa tetap konsisten dan eksis disetiap jaman.

“Kunjungan ke media kali ini, yaitu untuk belajar agar bisa mengaplikasikannya di media kami di kampus,” kata koordinator kunjungan KAMMI, Nur Fajrin Aslam, di kantor Republika, Jakarta Selatan, Jumat (28/4).

Fajrin mengatakan, rombongan yang hadir pada pertemuan kali ini ada sekitar 25-30 orang yang terdiri dari kader dan pengurus KAMMI komisariat LIPIA. Acara yang digelar sejak pukul 16.00 WIB tersebut di hadiri pula oleh beberapa staf redaksi dan sekretariat Republika.

Pertemuan berlangsung dengan begitu interaktif. Ada begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan, dimulai dari pertanyaan kapan sejarah berdirinya Republika, pengelolaan media Republika, hingga tips dan trik agar bisa menjadi media besar seperti Republika.

Redaktur Pelaksana Koran Republika, Subroto, yang saat itu hadir menjelaskan, Republika didirikan sebagai ajang untuk menyampaikan aspirasi bagi umat Islam. Tapi, tidak hanya dibentuk hanya dengan sentimen Islam semata, namun juga harus berpegang pada prinsip jurnalistik.

“Kita punya standar yang tidak bisa kita tawar. Republika juga sebagai bisnis media, harus bisa menjaga trust masyarakat. Agar begita kita bisa dijadikan referensi. Jadi kita harus tetap jaga, bukan hanya mengandalkan sentimen,” kata Subroto dalam diskusi tersebut.

Subroto mengatakan, prinsip jurnalistik tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dia pun mengimbau, agar mahasiswa LIPIA yang hadir khususnya, bisa lebih gencar dalam mengirim tulisan-tulisannya untuk dimuat di Republika. 

“Jangan sampai kalah oleh kampus lain, LIPIA kan kampus Muslim, harus banyak dong yang berkontribusi mengirim tulisan hasil karyanya. Jangan menyerah karena satu dua kali ditolak, terus coba,” jelas Subroto.

Menurut Subroto, banyak sekali rubrik dari Republika yang menyediakan ruang bagi tulisan-tulisan mahasiswa. Seperti di rubrik Islam Digest, Hikmah, Publika, dan lain-lain. Tulisannya pun bermacam-macam, dimulai dari cerpen, puisi, opini, hingga kajian kitab.

Fajrin mengungkapkan, sangat antusias dengan kunjungan media ke Republika. Selain dengan adanya background yang sama, juga bisa meraup ilmu yang bisa direfleksikan saat kembali beraktivitas di kampus. “Jadi kita banyak belajar, ini yang nggak bisa kita dapat dari kampus kita, kita punya background di lipia, dan akhirnya kita bisa keluar dan bergerak di tempat ini dan kita bisa membawanya ke kampus untuk diterapkan di kampus kita,” kata Fajrin. 




Pertahanan Keluarga dan Ancaman Pedofilia



Allah Ta’ala berfirman, 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [at-Tahrîm/66:6]


Syeikh Wahbah Zuhaily menafsirkan bahwa hendaknya Orang-orang beriman menjaga dan melindungi keluarga mereka dari api neraka, dengan meninggalkan maksiat dan mengerjakan ketaatan dan senantiasa mewujudkan itu dengan nasihat dan pendidikan moral. (Tafsir Al-Munir)

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan maraknya pelecehan seksual terhadap Anak, orang yang melakukan pelecehan itu disebut Pedofilia. Menurut wikipedia.org, pedofilia didefinisikan sebagai gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah mulai dewasa (pribadi dengan usia 16 atau lebih tua) biasanya ditandai dengan suatu kepentingan seksual primer atau eksklusif pada anak prapuber (umumnya usia 13 tahun atau lebih muda, walaupun pubertas dapat bervariasi). Anak harus minimal lima tahun lebih muda dalam kasus pedofilia remaja (16 atau lebih tua) baru dapat diklasifikasikan sebagai pedofilia.


Dikutip dari www.kpai.go.id, bahwa Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun. Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang sifnifikan. “Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus,” kata Wakil Ketua KPAI, Maria Advianti kepada Harian Terbit, Minggu (14/6/2015).

Ini merupakan ancaman yang sangat serius bagi keluarga. Bahkan, bisa dikatakan “darurat Pedofilia”. Dengan semakin marak terjadi, membuat para orang tua sangat khawatir terhadap anak mereka. Lalu bagaimana sebenarnya konsep pertahanan keluarga dalam menghadapi ancaman pedofilia atau kekerasan seksual terhadap anak dalam perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah?

Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

“Berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat.” (Asy Syu’ara: 214)

Syeikh Sya’rawi mengatakan tetang ayat ini bahwa sudah seharus yang pertama kali diselamatkan adalah dirimu lalu keluargamu. Karena perlu keteladanan dalam mengajak orang lain. 

Artinya jika melihat konteks permasalahan pelecehan seksual terhadap anak, bahwa yang pertama kali mendapatkan pendidikan moral adalah keluarga terdekat anak. Karena, sering terjadi yang menjadi pelaku pedofilia adalah kerabat terdekat korban. 

Dari dua ayat di atas, penulis dapat mengambil beberapa poin;

1. Dalam Ketahanan Keluarga, semua anggota keluarga terlibat dalam mempertahankan, melindungi hak anak dari berbagai ancaman, termasuk pedofilia.

Imam Thanthowy dalam Tafsirnya menjelaskan Ayat (QS.At-tahrim:6) dengan mengutip Hadist Rasulullah “Setiap kalian pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawabnnya”.

2. Dalam hal ini Ada do’a yang biasa diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan untuk Hasan dan Husain, yaitu:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانِ وَ هَامَّةِ وَ مِنْ كُلِّ عَيْنِ لامَّةِ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracun dan dari pengaruh ‘ain yang buruk.” (HR. Bukhari dalam kitab Ahaditsul Anbiya’: 3120) 

Semoga Allah melindungi keluarga kita terutama anak-anak kita dari semua kejahatan. 

3. Sangat penting pendidikan moral dan “fiqh Kehormatan” yakni mereka diberitahu bagaimana menjaga diri, menjauhi orang yang mau berbuat asusila. 

4. Membekali anak dengan pendidikan bela diri, sehingga ketika jika ada yang mau berbuat jahat setidaknya mereka bisa menyelamatkan diri. 

5. Syeikh Al-Jazairi mengatakan bahwa cara untuk melindungi dan membentengi keluarga dari segala keburukan adalah dengan mengerjakan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. 

6. Peran Masyarakat, dan Negara terutama pemerintah sangat lah penting sekali, sehingga dapat mewujudkan “rumah ramah anak” atau “Kota ramah anak” karena banyak sekali sekarang rumah bukan lagi menjadi tempat aman bagi anak, justru menjadi tempat terjadinya pelecehan seksual terhadap anak. Sekaligus sikap serius dalam penegakan hukumnya.

Kita berdo’a semoga Allah melindungi keluarga, masyarakat dan Negara kita dari orang-orang yang berbuat kezhaliman. Aamiiin.

Oleh : Derysmono

Alatas : Ada Saatnya Suatu Peradaban Tergantikan


Kajian dua bulanan kebijakan publik (KP) kembali digelar (21/4). Kajian yang bertempat di Masjid As-salam Jl. Damarsari, Jatipadang, Jakarta Selatan, mendapat respon yang bagus dari khalayak umum terutama dari kalangan mahasiswa, terlihat dengan banyaknya peserta yang di dominasi oleh kalangan mahasiswa dari berbagai almamater.

Kajian yang diselenggarakan salah satu departemen Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) komisariat LIPIA itu, mengangkat judul yang bertemakan sejarah yaitu, Sejarah untuk Masa depan, Problematika Ummat dalam Tinjauan. 

"Judul ini di ambil berdasarkan tesis Francis Fukuyama yang mengatakan bahwasanya peradaban itu telah berhenti dibawah peradaban barat, dan tidak ada lagi peradaban setelah peradaban barat", ungkap Lian kepala divisi Kebijakan Publik. 

Berbeda dengan pernyataan Fukuyama, kandidat doctor sejarah Alwi Alatas mengatakan bahwa suatu peradaban akan tergantikan dengan peradaban lainnya.

"Suatu peradaban tidak akan selamanya mengalami kejayaan pasti akan ada pada saatnya peradaban tersebut mengalami masa dekadensi dan pada akhirnya tergantikan oleh peradaban baru", ujarnya.

Beliau juga menyampaikan bahwa penyebab kemunduran peradaban umat islam saat ini dikarenakan kurangnya perbaikan dalam tubuh umat islam sendiri.

"Kemunduran yang terjadi saat ini di tubuh ummat islam dikarenakan, kurangnya perbaikan dalam diri ummat islam sendiri, karena kekuatan itu muncul jika ada perbaikan dalam diri tersebut", ungkapnya.

Kemudian Alatas memberi motivasi para peserta dengan mengutip perkataan Bennabi, "Ubahlah dirimu pasti engkau bisa mengubah sejarah."
(rep : septi/ red : iffa)


HADIRILAH KAJIAN UMUM



Kajian umum yang digagas oleh departemen Kebijakan Publik (KP) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) komisariat LIPIA, merupakan kajian yang rutin diselenggarakan setiap dua bulan sekali. Dengan bertujuan menambah wawasan dan mencerdaskan masyarakat dalam memandang permasalahan-permasalahan yang sedang menjamur di tubuh bangsa Indonesia pada umumnya dan ummat muslim pada khususnya.

Kajian kali ini, akan mengangkat judul "Sejarah untuk masa depan, problematika ummat dalam tinjauan", dengan pemateri Ust. Alwi  Alatas M.H.Sc yang merupakan kandidat doktor dalam bidang sejarah dan juga salah satu peneliti INSISTS.

Kajian ini akan diselenggararakan pada hari Jum'at, 21 April 2017, pukul 19.30- 22.00 WIB bertempat di Masjid As-Salam Jln. Damarsari Jatipadang Jakarta Selatan. Dan juga mengundang utusan-utusan dari berbagai organisasi yang terdapat di kampus LIPIA, seluruh KAMMI komisariat yang terdapat dalam lingkup daerah kota Jakarta Selatan, dan terbuka umum untuk seluruh masyarakat. 

KAMMI LIPIA Gelar Aksi Solidaritas Peduli Idlib dan Ponorogo



Jakarta, Senin (10/04/2017) KAMMI Komisariat LIPIA melalui departemen sosial masyarakat menggelar aksi solidaritas dan penggalangan dana untuk korban penyerangan di Idlib, Suriah dan juga korban bencana longsor di Ponorogo, Jawa Timur

Aksi penggalangan dana dilaksanakan pukul 14.00 dan berakhir pukul 15.30 yang bertempat di Simpang Tiga lampu merah Ragunan-Cilandak, Jakarta Selatan. 

Aksi ini merupakan bentuk kepedulian dan rasa solidaritas KAMMI Komisariat LIPIA kepada tragedi kemanusiaan yang terjadi 4 April 2017 lalu, yaitu pengeboman zat kimia di Idlib dengan kurang lebih 400 korban. Dan juga kepedulian terhadap masyarakat Ponorogo yang kembali ditimpa bencana longsor 9 April lalu.

"Aksi ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat agar dapat membantu dengan doa maupun harta terhadap saudara -saudara kita yang sedang ditimpa musibah di Idlib dan di Ponorogo sana", ujar Fahmi Amrillah selaku koordinator lapangan dan Kepala Departemen Sosial Masyarakat.

Aksi kali ini berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 1.453.000,- dari satu titik pengumpulan dana di Jakarta, dana tersebut nantinya akan disalurkan langsung kepada para korban di Idlib dan Ponorogo melalui Korp Reaksi Cepat (KRC) KAMMI.

Bagi masyarakat yang ingin menyumbangkan bantuan berupa uang, pakaian, atau perlengkapan sekolah bisa menghubungi kordinator daerah KRC atau komisariat KAMMI terdekat.
(rep Fahmi/red Iffa)



Aksi TPPJ KAMMI :Tolak Poilitik Uang





Sejumlah mahasiswi yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) menggelar aksi aksi wujudkan pilkada damai di lokasi pelaksanaan hari bebas kendaraaan bermotor (HBKB) di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (9/4). Aksi yang digelar oleh Tim Pengawal Pilkada Jakarta (TPPJ) KAMMI itu menyuarakan supaya Pilkada DKI Jakarta terbebas dari praktik money politik yang dapat menghancurkan demokrasi bangsa. 

Ketua Pengurus Wilayah KAMMI Jakarta, Najmu Fuadi, mengatakan setidaknya ada tiga bentuk kecurangan yang patut diwaspadai.

"Pertama kecurangan money politik atau serangan fajar. Kedua adanya pemilih siluman. Dan ketiga, kecurangan dalam perhitungan dan rekapitulasi suara," katanya di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat.

Selain itu, pihaknya dari Tim Pengawal Pilkada Jakarta (TPPJ KAMMI) juga mengajak seluruh elemen masyarakat khususnya mahasiswa untuk terlibat langsung dalam mengawal suksesnya Pilkada Jakarta agar terhindar dari praktek-praktek kecurangan: seperti money politic, manipulasi Suara, dan pemilih gelap.

"TPPJ mengundang seluruh mahasiswa dan pemuda yang peduli tegaknya kedaulatan rakyat dalam Pilgub DKI," katanya.

Najmu berharap agar gelaran Pilgub DKI putaran kedua yang akan datang bisa berjalan dengan lancar, tertib, damai, dan tanpa kecurangan. Sehingga, produk kepemimpinan yang dihasilkan benar-benar berasal dari suara rakyat, bukan hasil dari kecurangan.