Kita, Semesta, dan Netflik

(disclaimer : tulisan ini ditulis bukan untuk menjudge orang lain tapi buat bahan evaluasi masing.)

 

Akhir-akhir ini, beriringan dengan pandemi aktivitas kita bersama gadget atau pun hape kita semakin intim dan sepertinya saya gak perlu nyajiin infografiknya karna setiap orang pasti merasakan hal ini. Dan seiring dengan itu pula,mulai tumbuh habbits baru yang sebelum pandemi mungkin agak jarang tapi sekarang jadi marak bukan main, nah yang paling masif menurut saya adalah kebiasaan generasi muda buat nonton ,mulai dari korea, anime atau netflix, semua corak anak muda punya tontonannya masing masing, dari yang paling wibu yang katanya antisosial juga anak muda bucin yang suka nonton korea, ada juga yang tontonannya mungkin gak nyambung sama latar belakang kehidupannya, intinya nonton sudah jadi bagian dari kehidupan anak muda. Dan kalau disuruh bawa bukti maka saya akan kasih screenshoot jualan netflix di tweet tweet viral yang bahkan gak ada sangkut pautnya sama netflix.

 

 Terus perlu kita telusuri kenapa sih habbits nonton ini bener bener cepet menyebar dan sangat masif secepat dan semasif korona itu, nah jawabannya menurut saya yang sok tau ini pertama karna memang semesta memaksa kita untuk beradaptasi atau kalau jawaban lebih indienya 🎶”Biarkan semesta bekerja”🎶. Yang kedua menurut saya yang gak punya basic ilmu sosial fenomena nonton ini sangat cepat dan masif tersebar karna budaya ikut ikutan, karna sejatinya memang manusia adalah makhluk sosial yang berimitasi juga mengidentifikasi, (setidaknya itu yang saya ingat di buku IPS jaman SMP).

 

Nah melihat fenomena di atas maka saya rasa penting agar setiap orang mengevaluasi tontonannya, mungkin setiap pekan dievaluasi udah nonton apa aja saya yah minggu ini? Sudahkah bermanfaat buat dunia atau Akhirat saya? Atau jangan jangan Selama ini Cuma nonton tanpa bermanfaat dan Cuma melenakan saja. Dan terakhir saya ingatkan diri saya pribadi juga anda bahwa akan datang saatnya kita sadar bahwa yang kita tonton di layar itu semuanya palsu, dan yang kita tonton dengan mata kita sehari hari ialah kehidupan sejati yang harus kita jalani.

-----

Author : Luthfi M Fatih

Editor : Abdulah Azzam

Stress Management Ala Millenial



Para pembaca yang baik hati, mungkin saat ini kamu berada di rentang usia antara 20 hingga 29 tahun, dan saat ini adalah titik berat yang sedang kamu hadapi, dimana kamu mulai mencari jati diri, menghadapi quarter life crisis, diberikan banyak tuntutan, tugas kuliah, perbaikan financial, menata karir, dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat mu merasa stress dan frustasi.

 

Menurut psikolog, Tara Adhisti de Thouars, usia 20-29 tahun sering disebut masa dewasa muda. Dimana masa ini adalah masa paling produktif bagi kehidupan seseorang. Karena di usia ini lah seseorang mulai lebih sadar untuk memperjuangkan ambisi, mimpi, keinginan, dan pencapaian.

 

Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh WHO (World Health Organization) terdapat 800 ribu orang yang tercatat melakukan bunuh diri di setiap tahunnya dan sebagian kasus ini terjadi di kalangan anak muda. Seorang psikolog asal AS, Peter Gray, juga mendapatkan bahwa tren bunuh diri di kalangan anak muda tidak hanya dipengaruhi social media, melainkan juga dari stress akibat tuntutan yang ia terima, baik dari masyarakat maupun bidang akademik.

 

Sehingga rawan sekali usia-usia ini mengalami strees dan frustasi, apalagi dengan maraknya social media yang sangat mudah di akses, dan banyak sekali pengguna social media yang membagikan semua hal terbaik dalam diri mereka, sehingga ini membuat kita sendiri atau orang lain membandingkan apa yang kita miliki dengan apa yang orang lain miliki.

 

Bagi Sebagian orang yang tidak memiliki ketahanan terhadap hal demikian, akan lebih mudah terkena stress dan frustasi, karena kurva kemampuan dan keinginan berbanding terbalik. Bisa jadi ia melihat para influencer menggunakan outfit mahal dan barang branded, sedangkan kemampuan setiap orang berbeda-beda, tidak akan pernah sama. Ini menjadi salah satu factor orang lain bisa mendapatkan tekanan social yang mengacu pada stress.

 

Stress sendiri terbagi menjadi dua tingkatan, Eustress dan Distress. Eustress adalah stress yang positif, stress ini cukup memotivais untuk mendapatkan sesuatu, dan stress ini akan menjadi baik jika di tempatkan ketika sedang Latihan fisik atau ketika sedang mengejar target Pendidikan.

 

Dimana stress ini sangat mengganggu perkembangan dan peningkatan kemampuan seseorang. Bahkan lebih parah nya lagi, stress dapat menghambat kita untuk berpikir jernih, dan tidak bisa dengan matang memeprtimbangkan sebuah keputusan. Banyak hal negative yang akan didapatkan seseorang ketika tidak mampu mengatur stress yang terjadi. Kita tidak dapat menolak stress itu untuk datang, tapi kita dapat mengendalikan stress yang terjadi, agar tidak mengganggu kita dalam mengejar target yang harus kita selesaikan.

 

Dewasa ini, “Stress Management” menjadi sebuah alternatif untuk mengurangi kadar dan tingkat stress yang kita alami. Stress management adalah kemampuan untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncuk akibat tanggapan atau respon. Management stress bertujuan untuk memperbaiki kualitas hiudp seseorang agar menjadi lebih baik.

 

Dibawah ini beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengenal stress management

Memecahkan kebiasaan stress

-       Belajar tentang apa itu stress

-       Mengenali gejalanyaa

Mempelajari gejala stress, seperti gelisah, pucat, sulit tidur, nafsu makan berkurang, mudah tersinggung, dan sulit konsentrasi

-       Memanfaatkan serangkaian cara dan relaksasi dari management stress yang cepat dan sederhana.

Bisa dengan melakukan 4A ( Avoid, Alte, Accept, Addapt )

Mengenal Teknik management stress

-       Signal breath

-       Mendengarkan music relaksasi

-       Visualisasi diri

-       Stretching

 

Selain point di atas melakukan meditasi setiap pagi juga dapat memberikan efek tenang dalam menghadapi stress, meditasi berfungsi untuk menguraikan pikiran dan kemudian berusaha menenangkan kekacauan yang terjadi dalam pikiran kita.


MANFAAT OLAHRAGA UNTUK KESEHATAN MENTAL


Olahraga. Mendengar kata olahraga maka erat kaitannya dengan kesehatan, kebugaran fisik, pembentukan otot, dan lain sebagainya. Banyak orang yang melakukan olahraga untuk alasan kesehatan seperti menurunkan berat badan, menyehatkan jantung, mengurangi resiko penyakit keras, dan masih banyak lagi bahkan tidak bisa disebutkan satu persatu pada kesempatan kali ini. Namun tak banyak orang yang tahu manfaat olahraga untuk kesehatan mental. Maka dari itu artikel ini akan membahas manfaat olahraga untuk kesehatan mental secara singkat padat dan jelas.

 

Memperbaiki mood

Olahraga bisa memperbaiki mood atau suasana hati Anda. Suatu penelitian menunjukkan, para partisipan merasa lebih tenang, senang, dan puas setelah berolahraga, sehingga mood-nya menjadi lebih baik.

 

Mengurangi stres

Dengan berolahraga, kadar stres dapat berkurang. Hal ini karena peningkatan detak jantung saat olahraga dapat mencegah kerusakan otak akibat stres dengan merangsang produksi hormon saraf (norepinefrin) dan menurunkan kadar hormon stres (kortisol).

Selain itu, olahraga juga membuat sistem saraf pusat dan saraf simpatik tubuh dapat berkomunikasi satu sama lain. Jadi, kemampuan tubuh secara keseluruhan dalam mengatasi stres dapat meningkat.

 

Mengatasi depresi dan kecemasan

Selain mengatasi stres, olahraga juga dapat mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Karena, aktivitas fisik dapat meningkatkan kadar endorfin, yaitu hormon bahagia yang diproduksi oleh otak dan sumsum tulang.

 

Meningkatkan rasa percaya diri

Apa kaitan olahraga dengan kepercayaan diri? Orang yang rutin berolahraga akan terbantu untuk menurunkan dan menstabilkan berat badan, serta mengencangkan otot tubuh. Sehingga penampilan fisik menjadi lebih proporsional dan tentu akan membuat anda lebih percaya diri.

 

Meningkatkan fungsi otak

Temuan lain menyebutkan, olahraga dapat meningkatkan zat kimia di otak, yaitu brain-derived neurotrophic factor (BDNF), yang dapat merangsang pembentukan sel otak baru. Hal ini dapat meningkatkan fungsi otak dan tentu akan memengaruhi kesehatan mental.

 

Meningkatkan kualitas tidur

Olahraga ringan di pagi atau sore hari dapat membantu mengatur pola tidur Anda. Adanya aktivitas fisik dapat meningkatkan suhu tubuh. Hal ini dapat membuat pikiran menjadi lebih tenang sehingga lebih gampang tertidur.

 

Mempertajam memori

Hormon endorfin yang dihasilkan tubuh saat Anda berolahraga juga membantu mempertajam pikiran, ingatan, dan meningkatkan konsentrasi. Pasalnya, olahraga merangsang pertumbuhan sel-sel yang baru di otak.

 

 

Itulah beberapa fungsi olahraga unuk kesehatan mental. Tentunya masih banyak fungsi-fungsi lain yang belum dapat kami sampaikan disini. Jadi tunggu apalagi? Yuk berinvestasi pada diri sendiri dengan berolahraga! Sehat fisik Sehat mental!

Sebuah Interupsi Atas Cuitan Mahfud MD Tentang Demokrasi


Dalam beberapa bulan ini semenjak paruh akhir di tahun 2020, kita telah merasakan suhu yang panas di dalam atmosfer perpolitikan di Tanah Air. Bila ditanyakan kepada diri kita mengapa atmosfer perpolitikan terasa panas, maka sangat banyaklah alasan yang keluar dari lidah kita. Jenak-jenak begini di masa pandemi, di sebuah masa krisis multidimensional, juga masa kegetiran yang memaksakan kita untuk mengedepankan dua hal, yakni persatuan dan keharmonisan bangsa. Tetapi dua hal ini malah hilang saat sedang sangat dibutuhkannya.

Padahal Demokrasi yang kita ambil sebagai madzhab negara, tidaklah menghendaki ada nya ketidak harmonisan. Ruh demokrasi adalah dialog dan percakapan yang membuat hangat hubungan manusia di dalam bangsa. Tetapi Prof. Mahfud MD yang kini menyandang jabatan Kemenko Polhukam menganggap suasana demokrasi yang masif akan melahirkan ancaman Integrasi. Padahal baru saja kita melihat guncangan politik di Amerika, saat Trump dan massa nya mengotori Capitol Hill dengan kekerasan, padahal Capitol Hill adalah tempat yang harus suci dari darah dan kekerasan karena ia lambang kedaulatan rakyat yang tegak oleh perwakilannya, ialah tempat beradunya kata-kata dan argumen bukan beradunya senjata dan kekerasan. Namun seketika sistem Demokrasi bekerja, meringkus ulah Trump dalam membelah rakyat.

 Peristiwa dan pikiran ini lah yang menyadarkan kita, bahwa demokrasi dapat melejitkan bangsa Indonesia pada kemajuan. Dan Integrasi hanya akan terganggu saat negara lebih memilih mengangkat senjata dibandingkan mendengarkan suara dan kata-kata. Juga Integrasi akan terlukai saat pemerintah menukar kebebasan masyarakat dengan penyalahgunaan hukum untuk memilih kebebasan siapa yang harus diberangus. Karena demokrasi berdiri teguh di atas dua pijakan, yakni kebebasan masyarakat dan penegakkan hukum.

--

Oleh: Abdullah Azam (Kadept Kebijakan Publik)